My (unsuccessful) VBAC story

by shendiary

Assalamualaikum wr.wb,

They plan, and Allah plans. Surely Allah is the Best of planners. (QS 8:30)

Di kehamilan kedua kemarin, saya berniat untuk mencoba lahiran dengan VBAC- Vaginal Birth After Caesarian, alias melahirkan normal/per vaginal setelah riwayat operasi SC di kehamilan sebelumnya. Meskipun akhirnya tidak berhasil sesuai di judul, gak apa ya sharing di blog, barangkali ada bumil-bumil yang cari info tentang VBAC sekaligus untuk journal juga untuk saya mengingat masa-masa hamil dan melahirkan 😊

Banyak teman yang tanya, emang bisa ya lahiran normal setelah SC, bukannya sekali SC pasti SC lagi? Secara medis bisa.. asalkan beberapa persyaratan memenuhi. Dari yang saya pelajari dan konsultasi dengan dokter obgyn kemarin sebagai berikut :

  1. Operasi SC sebelumnya bukan karena alasan yang permanen; misalkan panggul ibu kecil.
  2. Jarak usia kehamilan mencukupi, biasanya >2 tahun.
  3. SBR (Segmen Bawah Rahim) tebalnya > 35 atau 40mm, diukur via USG pada kehamilan week 36.
  4. Kehamilan aman (letak plasenta tidak di bawah, posisi bayi sesuai, ketuban cukup, dsb).
  5. Semuanya harus alami.. kontraksi alami tanpa bantuan induksi, karena induksi dikhawatirkan dapat merobek luka bekas SC sebelumnya di rahim.

Kalau nomor 0-nya sendiri menurut saya adalah niat yang kuat dan support dari pak suami dan dokter obgyn yang pro-normal. Karena dalam perjalanannya gak jarang serangan netizen datang : “Kenapa gak cari aman aja sih langsung SC booking tanggal?” , “Nanti sakit 2x lho, sakit kontraksi eh ujung2nya harus operasi lagi” , “Kontraksi di bekas SC jauh lebih sakit lho” dsb dsb, yang kadang keluar juga dari komentar dokter yang emang tidak pro-normal/VBAC. Tapi balik lagi semua itu pilihan. Saya sendiri niat awalnya ingin coba lahiran normal karena proses recovery nya yang lebih cepat. Mengingat sudah punya si kakak yang pasti juga butuh perhatian, dan gak ada Mama yang nemenin bantuin ini dan itu, waktu lahiran pertama sempet ditungguin mama sebulan sebelum melahirkan sampai Inaya 6 bulan, aaa how I miss you Maa (Al-fathihah untuk Mama). Tapi ya gak ngoyo juga.. kalau hasil medis nya berbahaya, atau memang ujung-ujungnya harus operasi lagi, saya tahu saya harus ikhlas legowo, toh sebelumnya juga operasi SC juga.. Bismillah ikhtiar, insyaAllah dikasih yang terbaik oleh Allah SWT. Kebetulan saya memang tipe yang “at least I tried my best”.

Long story short, Alhamdulillah untuk poin 1 sd 4 kondisi kehamilan saya lolos sehingga direncanakan kelahiran VBAC. Saya sempat 2x dirujuk ke dokter subspesialis fetomaternal untuk USG 4D memastikan bahwa SBR tebal dan tidak ada pelengketan di rahim. Saat itu kami deal dengan bu dokter obgyn untuk mencoba lahiran VBAC hingga week 40. Persiapan yang beliau anjurkan adalah senam/yoga hamil, banyak jalan kaki, dan induksi alami (hubungan suami istri) mulai week 36-37 dan pastinya banyak berdoa. Di kehamilan kedua ini juga saya ikutan yoga prenatal di @ngayogabdg tiap hari Minggu dari mulai week 20an dan senam hamil di RS Hermina Arcamanik tiap Sabtu.

Di akhir week 39, saya pembukaan 1.. sampai.. 5 hari gak naik-naik 😆 Kontraksi sudah teratur 5 menit sekali dengan kekuatan yang sudah lumayan kalau menurut hasil CTG, rasa mulesnya juga kerasa kuat meski masih bisa ditahan. Di 5 hari tersebut saya juga dikasih obat pelunak rahim, tetap jalan pagi-siang-malam, induksi alami, yoga dengan pose-pose persiapan lahir, tapi kayanya belum rezeki.. Hingga di kontrol terakhir di week 40, kami deal dengan bu dokter untuk melakukan operasi SC keesokan harinya, mengingat pembukaan stuck, mulut rahim masih tebal, dan kondisi plasenta mulai rawan memasuki week 40. Saya dan paksuami Alhamdulillah mencoba untuk ikhlas gak pakai galau-galau gimana, langsung menghubungi Ibu mertua dan adik saya, karena kalau persiapan hospital bag dan persiapan di rumah juga sudah ready. Besoknya kami datang ke RS 8 jam sebelum waktu operasi karena harus puasa, pemeriksaan persiapan operasi, administrasi dll. Dan ketika CTG, ada 1 kontraksi yang panjang dengan kondisi detak jantung baby yang sangat lemah, hingga akhirnya operasi dimajukan 4 jam, semula jam 17 dimajukan langsung di jam 13. Saya deg-degan, semoga bukan sesuatu yang kritis, ya Allah berikanlah kami kemudahan, ampuni saya yang terlalu egois.. sambil tetap menenangkan diri agar tensi tidak naik. Dan Alhamdulillah operasi berjalan lancar, ketemu dengan baby F siganteng sehat lengkap Alhamdulillah. Selama operasi saya ‘ngintip’ lewat pantulan di atas atap dan lampu operasi jadi lihat semua prosesnya yang ternyata serem ya hihi.

Kita manusia hanya bisa berusaha, Allah lah yang menentukan yang terbaik untuk semua 🙂 InsyaAllah gak menyesal, karena banyak hikmah yang bisa diambil, banyak pelajaran untuk saya sendiri maupun berdua dengan paksuami yang mudah-mudahan membuat lebih kami lebih strong. Aamiin. Ini pengaruh yoga juga deh kayanya, lebih positif gitu hehe. Semoga baby F sehat-sehat, tumbuh menjadi anak sholeh, cerdas, gagah berani, dan berbakti ya, Aamiin.

Cheers,

Shendi