shen(diary)

My (unsuccessful) VBAC story

Assalamualaikum wr.wb,

They plan, and Allah plans. Surely Allah is the Best of planners. (QS 8:30)

Di kehamilan kedua kemarin, saya berniat untuk mencoba lahiran dengan VBAC- Vaginal Birth After Caesarian, alias melahirkan normal/per vaginal setelah riwayat operasi SC di kehamilan sebelumnya. Meskipun akhirnya tidak berhasil sesuai di judul, gak apa ya sharing di blog, barangkali ada bumil-bumil yang cari info tentang VBAC sekaligus untuk journal juga untuk saya mengingat masa-masa hamil dan melahirkan 😊

Banyak teman yang tanya, emang bisa ya lahiran normal setelah SC, bukannya sekali SC pasti SC lagi? Secara medis bisa.. asalkan beberapa persyaratan memenuhi. Dari yang saya pelajari dan konsultasi dengan dokter obgyn kemarin sebagai berikut :

  1. Operasi SC sebelumnya bukan karena alasan yang permanen; misalkan panggul ibu kecil.
  2. Jarak usia kehamilan mencukupi, biasanya >2 tahun.
  3. SBR (Segmen Bawah Rahim) tebalnya > 35 atau 40mm, diukur via USG pada kehamilan week 36.
  4. Kehamilan aman (letak plasenta tidak di bawah, posisi bayi sesuai, ketuban cukup, dsb).
  5. Semuanya harus alami.. kontraksi alami tanpa bantuan induksi, karena induksi dikhawatirkan dapat merobek luka bekas SC sebelumnya di rahim.

Kalau nomor 0-nya sendiri menurut saya adalah niat yang kuat dan support dari pak suami dan dokter obgyn yang pro-normal. Karena dalam perjalanannya gak jarang serangan netizen datang : “Kenapa gak cari aman aja sih langsung SC booking tanggal?” , “Nanti sakit 2x lho, sakit kontraksi eh ujung2nya harus operasi lagi” , “Kontraksi di bekas SC jauh lebih sakit lho” dsb dsb, yang kadang keluar juga dari komentar dokter yang emang tidak pro-normal/VBAC. Tapi balik lagi semua itu pilihan. Saya sendiri niat awalnya ingin coba lahiran normal karena proses recovery nya yang lebih cepat. Mengingat sudah punya si kakak yang pasti juga butuh perhatian, dan gak ada Mama yang nemenin bantuin ini dan itu, waktu lahiran pertama sempet ditungguin mama sebulan sebelum melahirkan sampai Inaya 6 bulan, aaa how I miss you Maa (Al-fathihah untuk Mama). Tapi ya gak ngoyo juga.. kalau hasil medis nya berbahaya, atau memang ujung-ujungnya harus operasi lagi, saya tahu saya harus ikhlas legowo, toh sebelumnya juga operasi SC juga.. Bismillah ikhtiar, insyaAllah dikasih yang terbaik oleh Allah SWT. Kebetulan saya memang tipe yang “at least I tried my best”.

Long story short, Alhamdulillah untuk poin 1 sd 4 kondisi kehamilan saya lolos sehingga direncanakan kelahiran VBAC. Saya sempat 2x dirujuk ke dokter subspesialis fetomaternal untuk USG 4D memastikan bahwa SBR tebal dan tidak ada pelengketan di rahim. Saat itu kami deal dengan bu dokter obgyn untuk mencoba lahiran VBAC hingga week 40. Persiapan yang beliau anjurkan adalah senam/yoga hamil, banyak jalan kaki, dan induksi alami (hubungan suami istri) mulai week 36-37 dan pastinya banyak berdoa. Di kehamilan kedua ini juga saya ikutan yoga prenatal di @ngayogabdg tiap hari Minggu dari mulai week 20an dan senam hamil di RS Hermina Arcamanik tiap Sabtu.

Di akhir week 39, saya pembukaan 1.. sampai.. 5 hari gak naik-naik πŸ˜† Kontraksi sudah teratur 5 menit sekali dengan kekuatan yang sudah lumayan kalau menurut hasil CTG, rasa mulesnya juga kerasa kuat meski masih bisa ditahan. Di 5 hari tersebut saya juga dikasih obat pelunak rahim, tetap jalan pagi-siang-malam, induksi alami, yoga dengan pose-pose persiapan lahir, tapi kayanya belum rezeki.. Hingga di kontrol terakhir di week 40, kami deal dengan bu dokter untuk melakukan operasi SC keesokan harinya, mengingat pembukaan stuck, mulut rahim masih tebal, dan kondisi plasenta mulai rawan memasuki week 40. Saya dan paksuami Alhamdulillah mencoba untuk ikhlas gak pakai galau-galau gimana, langsung menghubungi Ibu mertua dan adik saya, karena kalau persiapan hospital bag dan persiapan di rumah juga sudah ready. Besoknya kami datang ke RS 8 jam sebelum waktu operasi karena harus puasa, pemeriksaan persiapan operasi, administrasi dll. Dan ketika CTG, ada 1 kontraksi yang panjang dengan kondisi detak jantung baby yang sangat lemah, hingga akhirnya operasi dimajukan 4 jam, semula jam 17 dimajukan langsung di jam 13. Saya deg-degan, semoga bukan sesuatu yang kritis, ya Allah berikanlah kami kemudahan, ampuni saya yang terlalu egois.. sambil tetap menenangkan diri agar tensi tidak naik. Dan Alhamdulillah operasi berjalan lancar, ketemu dengan baby F siganteng sehat lengkap Alhamdulillah. Selama operasi saya ‘ngintip’ lewat pantulan di atas atap dan lampu operasi jadi lihat semua prosesnya yang ternyata serem ya hihi.

Kita manusia hanya bisa berusaha, Allah lah yang menentukan yang terbaik untuk semua πŸ™‚ InsyaAllah gak menyesal, karena banyak hikmah yang bisa diambil, banyak pelajaran untuk saya sendiri maupun berdua dengan paksuami yang mudah-mudahan membuat lebih kami lebih strong. Aamiin. Ini pengaruh yoga juga deh kayanya, lebih positif gitu hehe. Semoga baby F sehat-sehat, tumbuh menjadi anak sholeh, cerdas, gagah berani, dan berbakti ya, Aamiin.

Cheers,

Shendi

Hello 2020

Assalamualaikum wr. wb.

Ternyata sudah setahun lebih gak nulis di blog, kangen juga. Saatnya kembali πŸ™‚

Tahun 2019 kemarin buat saya adalah tahunnya adaptasi. Adaptasi dari kehilangan Mama yang berpulang 2 hari sebelum pergantian tahun ke tahun 2019. Kami kehilangan sosok Malaikat tempat kami berbagi cerita senang maupun gundah, tempat berlindung, kehilangan “rumah”. Terlebih karena Mama berpulang bukan dengan keadaan sakit, saya dan adik bisa dibilang lebih shock, tetapi kami yakin bahwa ini Qadarullah dan Mama di tempat yang lebih baik sekarang, bersama dengan Papa (Al-Fathihah).

Adaptasi dari kedatangan anggota keluarga baru, karena Alhamdulillah kami diberi kepercayaan untuk memperoleh anak kedua di akhir tahun 2019 kemarin, a boy called Ferga πŸ™‚ Adaptasi sebagai emak-emak beranak dua, yang harus bisa membagi perhatiannya kalau lagi rebutan mama, satu nangis minta nenen/gendong, satu nangis minta disuapin atau belajar sama mamanya.. my everyday situation hehe.

Gak lupa kami mengucap syukur masih diberikan nikmat sehat menyongsong si tahun 2020 si dekade baru.. Resolusi? Hmm apa yaa.. Kepengen hidup lebih mindful saja, masih belajar dari buku, youtube, dan mencoba implement yang kecil2 sebisa mungkin. Semoga less drama sebagai emak2 beranak dua dan bisa balance antara keluarga dan karir. Aamiin.

Semoga tahun ini kita semua selalu dalam lindungan Allah, dimudahkan perjalanannya menuju yang lebih baik πŸ™‚ Semangaat!

Regards,

Shendiary

Because Moms Need Me Time Too

Dibalik kemampuan multitasking dan strong– nya emak-emak, pasti pernah ada masanya overwhelmed. Rumah berantakan, sikecil susah makan, tantrum, kerjaan lagi penuh deadline, gak enak badan di waktu bersamaan (apalagi ditambah tanggal tua belum gajian hihi), pastinya bikin keki alias tekanan darah tinggi. Yah tapi itulah resposibility emak-emak kan ya.. yang jelas jangan sampe segala kerempongan ini bikin kita emosi sama anak dan suami, karena peran Ibu itu punya pengaruh yang sangat besar ke keluarga. Happy Mom Happy Family, they say. Kalau ibunya happy, tenang, calm, anak dan suami juga pasti ikut ceria. Kalau ibunya rungsing marah-marah, anak dan suami pasti ikutan bete. Ya kan? πŸ˜€

Kalau saya baca-baca, ternyata gak cuma saya sendiri yang mengalami kaya begini. Dan cara kita menyiasati nya adalah dengan keep feeling happy, salah satunya dengan tetap menyempatkan untuk ‘having me time‘.. bukan berarti egois atau melupakan kewajiban, but just to keep sane ajah πŸ™‚ biar hati tetap bahagia dan bisa menyikapi segala sesuatu dgn sabar dan kepala dingin.

Buat saya sendiri, beberapa me time activity andalan :

  • Pampering time di salon, massage dan spa itu yang paling mewah, tapi lebih sering hair spa/creambath aja udah enak banget bikin kepala enteng. Biasanya sih saya ke salonnya sore sehabis pulang kantor, karena masih gak tega ninggalin Inaya di kala weekend.
  • Me time activity yang lainnya sih seringnya di rumah ya, baca buku misalnya. Kadang bisa disambi pas Inaya lagi main sendiri atau bobo. Dari dulu memang seneng baca buku, ditambah lagi pak suami juga hobi baca buku jadi seringnya ikutan juga..
  • Masak. Masak mah kewajibannya ya haha, tapi somehow nyoba resep baru di dapur itu menyenangkan buat saya, apalagi kalau hasilnya sesuai lidah Inaya dan pak suami, berasa bonus. Such a productive me time gitu berasanya haha.
  • Bebikinan. Belakangan lagi coba belajar macrame. Awalnya ikut private class gitu di @october18th terus biar gak lupa bikin-bikin lagi meskipun masih belum rapi dan motifnya masih simpel. Lagi-lagi berasa a productive me time kalau menghasilkan suatu karya, walaupun masih dinikmati sendiri.

Yah segitu aja sih, intinya mari kita emak-emak sedikit meluang waktu untuk menyenangkan diri, biar makin semangat mengurus dan menyemangati keluarga πŸ™‚

Cheers, Shendi.

Breastfeeding Journey (Part 3)

Weekend kemarin saya menurunkan stok ASIP terakhir saya dari freezer dan beberes packing perintilan pompa ASI utk masuk kembali ke dus-nya. Semenjak puasa Ramadhan kemarin memang produksi ASI saya menurun drastis, sebelumnya masih dapet 100ml per hari kalau pumping, menurun sd 10ml hiks cuma membasahi pantat botol. Karena Inaya udah 19 bulan waktu itu, saya dan si mas sepakat let it go aja.. saya tetap beribadah puasa, makan minum banyak biar malamnya Inaya bisa nenen, tapi siangnya dari stok asip beku dan mulai ditambah susu formula..
Sedih sih, karena niatnya sy kepengen ASI eksklusif sampai 2 thn. Tapi ya saya ga boleh egois, kasian Inaya malah kalau ga minum susu πŸ™‚

Sebenernya udah ikhlas, alhamdulillah Inaya juga cocok dengan sufor yg saya pilih, seminggu adaptasi dan ga ada diare. Kalau malam tetap nenen tapinya mgkn cari kenyamanan.. tapi ini drama kembali muncul pas beberes si breastpump. Tiba2 keingat memori pumping 20 bulan ini, all the ups and downs.. perjuangan pumping di kantor, even di mobil, travel, dan kereta, pumping sendirian di barak tentara, di dipo lokomotif di sumatera sana, di spa hotel pas training etc etc.. I would not forget all the beautiful memory, termasuk dan especially ketika Inaya ada di dekapan saya ketika latch on langsung.. (dan gak kerasa air mata pun menetes hiks hiks) #dramaemakemak

Mungkin ini sudah waktunya.. anak mama udah mau 2 tahun, udah gede :’) semoga menjadi anak yang sehat dan pintar ya nduuk.

Thanks to Spectra sudah menemano pagi siang malam selama 20 bulan ini, until we meet again!

(Breastpump spectra recommended lho buibuu)

Cheers,
Shendi

Reminder Sore

“Besok kita jadi bukber ya, di tempat yg kemarin udah aku reserved”

Aku menutup aplikasi line setelah memastikan teman segrup mengiyakan. Beralih ke aplikasi kalender: besok bukber jurusan, lusa bukber unit, weekend bukber sma. Melewati tengah ramadhan, ajakan bukber masih saja padat. Sebelum pada pulang kampung katanya.

Namun malang, ternyata aku yang lebih dulu ‘pulang’.

Bukber hari itu ditiadakan.
Teman-temanku berombong datang ke rumahku. Teman dekatku menangis, yang lain matanya sembab.

Lalu apa?

Semua grup line yang aku ikuti berisikan ribuan ucapan belangsukawa terindah.
Post berisikan wajahku dgn caption kenangan terbaik ramai memenuhi instagram.
Oh belum lagi ratusan notifikasi ucapan kangen dan tidak percaya aku telah tiada yang membludak di kolom komentar instagramku.
Dan papan bunga dengan namaku yang berdiri di depan gerbang kampus tercinta.

Lihat, begitu banyak orang yang mencintaiku. Tidak sia-sia aku sering menghabiskan waktu bonding dengan mereka, bukan?

I wish I could say that.

Namun kehidupan akhirat nyatanya tidak seindah itu.

Ucapan belasungkawa, post instagram, serta komentar kangen mereka di media tidak cukup kuat untuk menembus ke bawah tanah ini. Aku bahkan tidak tahu menahu itu ada.

Ratusan teman dan rekan di kampus katanya.
Aku di gelapnya kubur menunggu cahaya doa dari mereka-mereka yang lama kuhabiskan waktu dengannya.
Namun berapalah titik cahaya yang datang langsung dari doa di atas sajadah, bukan di atas keyboard?
Mungkin hitungan jari. Atau kurang.

Kemana kalian?
Bukankah kita sudah terlampau sering melakukan bonding bersama?
Bercanda dan terbahak bareng, nonton bareng, makan bareng, jalan bareng, kegiatan ini kegiatan itu, dan kau juga sudah menyebutku sebagai keluarga, ingat?

Atau memang selalu dan hanya akan sebatas ini sejak dulu.
Yang hidup di dunia akan tetap berkutat dengan dunianya.
Sedikit demi sedikit kenangan tentangku akan lenyap dihanyutkan kesibukan dunia.
Sebulan, setahun, lalu habis.

Dan tinggallah aku yang kan pergi mempertanggungjawabkan diri di akhirat.
Sendiri.

Kalaulah dahulu diperlihatkan seintip kehidupan akhirat yang nyata,

Pastilah aku akan memilih bonding dengan Sang Pencipta dibandingkan dengan makhluk-Nya.
Akan menggantikan belasan bukber yang sering tercampur bumbu ghibah itu dengan dzikir petang atau berkumpul dengan keluarga.
Akan menggantikan tidur sehabis subuh itu dengan dzikir pagi.
Akan menggantikan waktu marathon film itu dengan marathon hafalan Al-Quran.
Dan tentu tidak akan menyia-nyiakan bulan Ramadhan ini dengan amalan sekedarnya.

Bahkan tanpa diperlihatkan pun sebenarnya aku tahu, namun sering berpura lupa dan acuh mengabaikannya.

Hingga waktuku habis dan datanglah hari penyesalan ini.

Apalah artinya banyak tertawa bersama makhluk, jika menjadikan kita lupa untuk menangis kepada-Nya

β€œAndai kalian tahu apa yang aku tahu, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR Bukhari dan Muslim)

#selfreminder
#ceritapendek

EPILOG:
Kudengar bukber di hari ‘kepulanganku’ itu diundur menjadi minggu depan. Tak ada yang berbeda, hanya berkurang satu kursi dari meja. Ternyata tanpaku pun mereka tetap bisa ramai dan banyak tertawa.

Dikirimin ini di group kantor sore – sore. Merinding. Mata berair. Betapa yang ditulis disini dekat banget dengan kehidupan sehari-hari saya. Di tambah lagi kalau nonton TV akhir-akhir ini banyak berita duka, sakit jantung, cancer dsb. Buka instagram banyak postingan bayi-bayi di NICU. Very good reminder untuk saya untuk memperbaiki diri menuju akhirat, tidak terlalu lena dengan kesibukan duniawi.

Kurangilah kesenanganmu pada dunia, agar berkurang kedukaanmu di akhirat.Β  (Imam Syafi’i)

Semoga Ramadhan ini menjadi momentum kita untuk jadi pribadi yang lebih baik, amien.

 

Regards, Shendiary

Things that change after having baby

Once you have a baby, your life will never be the same again. πŸ™‚ Bener. Beneeer bangeeet. Ketika punya anak, hidup pastinya lebih berwarna, tapi drama, konfliknya pun berbeda. Kadang pas lagi berdua sama si mas, kita suka ngobrol-ngobrol kontemplasi kebiasaan, pemikiran kita before and after having a baby. Here they are..

  1. Weekend Activities : Kalau dulu mikir mau nonton apa, mau cobain cafe baru apa, atau mau bikin diy project apa di rumah. Sekarang pastinya nyari tempat atau aktifitas yang baby friendly, yang ada mainannya atau bisa interaksi banyak sama anak kecil lainnya, resto yang ada baby chair, makanan finger food, taman yang bersih, etc etc.
  2. No gadget at home : Berhubung Inaya sudah pintar nge-slide milih-milih video youtube dan susah diberhentikannya, sekarang saya dan si mas ga pernah buka handphone di depan Inaya alias ngumpet-ngumpet. Jadi kalau sudah di rumah, whatsapp pasti delay dibalasnya.. Harap maklum ya, demi melepaskan ketergantungan anak dengan gadget πŸ˜‰
  3. Si ayah yang gamer sekarang lebih sedikit mainnya yeayy! Makin gede Inaya, bobonya sudah tidak mau digendong lagi, cukup dikelonin saja di tempat tidur. Tapi uniknya, selalu mau lengkap ada Ayah dan Mamanya, posisinya pun harus sama, Ayah di sebelah kiri dan Mama di sebelah kanan Inaya. Di samping Inaya harus ada selimut bulu. Haha se-spesifik itu. Kalau sudah ngantuk sekitar jam 8 dan sudah nenen, Inaya pasti manggil “Ayah, bobo.. “ sambil nunjuk ke bantal Ayah kaya nyuruh Ayahnya tiduran disana :)) Dan seringnya, kami ketiduran juga saat ngelonin Inaya haha.. jadi tidur cepat. Ayah pun gak nge-dota lagi horeee. Ini yang sudah Mama tunggu dari 10 tahun yg lalu jaman pacaran dulu, Alhamdulillah ya Allah πŸ™‚
  4. More appreciate on little things.. Bahagianya kami sehari-hari lebih kalau Inaya pintar makan cepat habisnya, pas ditinggal gak pake drama, diminta tunggu dan dinasehati jawab iya (walaupun ga tau iya nya ngerti apa gak ya hehe), bisa ngejawab nama ayah mamanya.. atau bisa pulang on time dari kantor jadi bisa main banyak dulu sama Inaya.
  5. Silence? Whats that?” Jangan pernah berekspektasi rumah sepi hening dan selalu rapi hihi.
  6. All you want is me time, or dating time. But you miss your child as soon as you have it! haha.

Who’s with us? πŸ˜€

Cheers, Shendi

Early Bird Gets The Worm

Dari kecil, saya dididik oleh Mama Papa saya untuk jadi anak pagi, bangun pagi sekitar subuh dan tidur early sekitar jam 9. Mereka selalu punya prinsip “Early bird gets the worm”, dengan bangun lebih pagi kita bisa subuhan on time, bisa punya waktu siap2 lebih lama (Mama Papa saya didikan tentara soalnya jadi semua serba disiplin hehe), bisa sarapan bareng di meja makan. Jadilah sampai gede saya jadi anak pagi, waktu jaman kuliah dulu ngerjain tugas, atau lembur2 masa kelam dulu sampai jam 3 pagi, saya paling lemah harus di dopping dulu pake secangkir kopi susu hehe. Tapi pas sudah besar gini baru paham juga memang bagus lifestyle seperti itu, karena organ2 vital kita itu memang butuh kita istirahat malam yg cukup dan biasanya less stress.

Nah, “secara gak sadar” ternyata saya (dan suami pastinya) mendidik Inaya seperti itu. Apalagi setelah masuk 6 bulan dimana Inaya mulai fase MPASI, saya membiasakan Inaya untuk bangun pagi. Sebenarnya sih mungkin ini keegoisan mamanya yang pengen bisa mandiin dan nyuapin Inaya tiap pagi sebelum berangkat ke kantor hehe. Kadang saya berpikir, kejam gak ya saya, egois gak ya saya.. tapi setelah 8 bulan berjalan (Inaya sekarang udah 14 bulan) dan belajar2 parenting online dan konsultasi ke DSA, justru memang lebih banyak manfaat nya dibanding mudharatnya. Alhamdulillah πŸ™‚

Jadwal pagi Inaya kurang lebih sbb :

  1. Nenen pagi 04.00,
  2. Bangun pagi 04.30 – 05.00,
  3. Main sama mama 05.00- 05.45 (sembari si mama dan mbak kolaborasi masak makanan Inaya),
  4. Mulai sarapan pagi 05.45 (Kalau lg lahap 20-30 menit selesai, tapi kalau lagi GTM bisa 1 jam huhu),
  5. Mandi pagi 06.45- 07.00 ,
  6. Main sama ayah 07.00 – 07.20,
  7. 07.30 Ayah mama berangkat kantor, Inaya salim dan dadah2 (Alhamdulillah kami tinggal di Bandung jadi masih bisa berangkat jam segini)
  8. Untuk tidur malam sendiri biasanya Inaya sudah bobo jam 7.30-8pm

Kenapa mamanya ngotot mau mandiin dan nyuapin sarapan Inaya sendiri? Karena itulah bonding and quality time sama Inaya yang sayang banget dilewatkan. Dengan mandiin anak kita bisa periksa badannya juga, kali2 ada memar atau bekas nyamuk atau bekas garukan yang tersembunyi jadi bisa diobatin. Lagian waktu mandi adalah salah satu waktu main terbaik anak, kayanya semua anak happy ketemu air hihi. Dengan nyuapin dan masakin anak kita tahu apa yang dia suka dan gak suka, gizi yang masuk ke anak kita, dan susahnya nyuapin atau ngebiasain anak BLW dengan benar πŸ˜€ Ini sih highlightnya.. drama masa kini : anak susah makan haha. Karena saya juga kerja, siang dan sore kan si mbak yang nyuapin, moso’ pagi juga si mbak, saya gak rela hehe gitu sih sebenarnya alasannya.

Tapi ternyata ada manfaat baiknya yang tersembunyi lho :

  • Bermain dengan anak di pagi hari itu bagus karena mereka masih fresh, jadi edukasi yg diselipkan bisa gampang masuk.
  • Habit early riser ini terbawa sampai besar, jadi nanti pas anak2 sudah sekolah gak drama pagi ngebanguninnya.
  • Perkembangan otak anak itu malam hari ketika dia tidur, jadi jangan sampai membiasakan anak untuk begadangan.
  • Buat ibu bekerja, bonding dan quality time dgn anak harus dijaga, jangan sampai berangkat anak masih bobo dan pulang anak juga udah bobo.
  • Beberapa link bagus buat belajar : dr Tiwi

 

Sekian pengalaman saya,

Happy motherhood! πŸ™‚

Regards, Shendiary

 

 

 

 

Bersyukur

There’s always something to be grateful for everyday.. Dari kecil sampai sekarang, mama saya selalu mengingatkan bahwa saya harus terus bersyukur sm apa yang saya punya. Kata mama, jangan terlalu lihat ke atas, capek kita ‘ndanga’, coba deh sering2 lihat ke bawah masih banyak yg tidak seberuntung kamu, jadi kamu tetap bersyukur.

Bener banget. Belakangan ini saya ngerasain hal itu banget banget.

Contohnya seminggu kmrn ini sy ditugaskan untuk ikut training management dev program, yah intinya managerial dan leadership skill. Ikut training sih saya seneng bgt krn memang dasarnya saya seneng belajar (hasrat sekolah lg memang sbnrnya pengen hehe), tapi ini harus nginep di training center pdhl sama2 di Bandung. Jadilah galau tidak keruan krn harus ninggalin Inaya. (Dan Alhamdulillah survived, tributes to my lovely supporting system : mas suami, mama, dan mbak). 

Selama training saya ketemu dgn rekan2 di division yg berbeda.. beda background, beda suku, beda kerjaan dan tantangan, beda umur. Tapi ini yang bikin diskusi2 selama training makin hidup. Saya jd makin merasa ‘kecil’ krn sesungguhnya dunia kantor tak sesempit yg selama ini saya hadapi. Bersyukur banget bs ketemu mereka, saya bisa belajar hal2 baru, mengerti sesuatu dr sudut pandang yang berbeda.

Di sisi lain, saya ketemu dgn emak emak muda lain yg jauh lebih strong dari saya. Mereka tinggal beda kota dgn anaknya yg dijaga sm neneknya, pulang sekian minggu sekali, kirim ASI, etc. Nah apalah saya ini 6 hari ga ketemu aja udah kaya dunia runtuh. Saya juga harus belajar strong kaya mereka πŸ˜‰ mendengar cerita ini saya juga bersyukur banget atas nikmat Allah, jalan Allah sehingga saya bisa berkumpul dgn mas suami dan Inaya. Gak pernah saya menyesal resign, ikut pindah ke Bandung setelah menikah. Semua ada rezekinya πŸ™‚

Apa yang kita kira baik, mungkin belum tentu baik di mata Allah. Dan apa yang kita benci mungkin itu yang terbaik menurut Allah. Jadi bersyukurlah atas kita dan apa yang kita punya skrg, karena itu pasti versi yg terbaik. Amien πŸ™‚

Cheers,

Shendiary

Motherhood and Judgement

Vaginal Birth vs Sectio Caesar. Breastmilk vs Sufor. Working Mom vs Stay at Home Mom. Spoon Feeding vs Baby Led Weaning. Etc etc…..

Gosh, I don’t know why but seems motherhood invites judgement. Whether it’s about how you just gave birth, what you’re feeding the baby,or how you and husband plan on raising your kids, there will be someone judging.

Mungkin bertambahnya pengetahuan di dunia kedokteran, ilmu-ilmu psikologi anak, kelas-kelas motherhood, dan posting-postingan media sosial membuat ibu-ibu (seperti saya salah satunya) jadi makin semangat belajar yg terbaik untuk anak, tapi sisi negatifnya jadi men-judge ibu lain yang tidak sepaham dengan kita. But hey, sesuatu yang ‘works’ or ‘fit’ di kita belum tentu cocok di mereka kan? πŸ™‚ Dan pastinya ibu-ibu tsb punya alasan sendiri memilih sesuatu untuk keluarganya, dan pastinya pilihan yang terbaik menurut mereka. Atau mungkin memang ibu-ibu itu super sensitif ya saking perasa-nya, jadi mungkin komen dikit dari orang aja sudah dianggep judgement (ini yang suami saya suka bilang ke saya sih haha).

And almost of the time, what we judge is that what we have not experienced ourselves. Yang suka sinis kalau melihat anak cranky nangis di mall atau tempat umum biasanya belum punya anak dan ngerasain kalau anaknya lagi tantrum. Yang suka ngejudge ibu rumah tangga belum ngerasain capeknya mengurus anak 24/7. Yang suka ngeduge ibu working mom belum ngerasain susahnya multi tasking dan membagi prioritas. Yang suka ngejudge anak yang tidak ASI = anak sapi, mungkin dia gak tahu kalau ibunya sudah berusaha mati-matian tapi belum dikasih rezeki ASI berlimpah. Atau yang suka ngejudge pasangan yang belum punya anak masih suka ngejar karir jadi menunda dkk, mereka mungkin gak tahu kalau pasangan tsb sudah usaha ini – itu tapi masih belum dikasih rezeki anak.

I think we all agree that being a mother is the most beautiful gift from Allah with a huge responsibility and challenges. Motherhood is hard. And we as a mother need to be tough. Alangkah indahnya jika sesama Ibu saling sharing dan support. Women empowers women. Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang suka men-judge tanpa alasan dan semoga kita bisa fokus yang terbaik menurut kita dan keluarga tanpa terusik omongan-omongan yang gak penting πŸ™‚

Kita bisa!

[NB : postingan ini ditulis setelah ditanya “kok baby N kurusan sekarang? sudah gak menyusui lagi mba?”………. Dengan tarik napas dan elus dada, mungkin beliau gak tahu usaha saya menyusui dan pumping dan Alhamdulillah masih cukup untuk bekal baby N. Mungkin beliau gak tahu baby N banyak makannya tapi gak gemuk2, ini mamanya juga bingung πŸ˜€ ]

And.. just let the ball drop

Suasana di kantor lagi kurang kondusif.. Some colleagues has been moved to another division/company, tapi gak ada pengganti, box nya tetap kosong, sementara volume kerjaan tetap banyak. Ketika mulai stress, keinget sama pesan dari boss di kantor lama.. “Sometimes you need to let the ball drop, to get the attention and see the impact” πŸ˜€ Yup.. Kadang kita terlalu sibuk mencoba menahan dan menangkap bola sekuat tenaga, while sebenarnya itu di luar kapasitas kita. Kadang orang lain jadi tidak sadar kalau ada keadaan genting karena kita selalu ‘mengamankan’. So.. sekarang saya mau belajar jujur aja, tetap berusaha sebaik mungkin, tapi gak akan ngoyo.

Because sh** happens, and life goes on! πŸ˜€

#curhatanemak2workingmom